Istilah Cloud Computing akhir-akhir ini semakin sering terdengar. Namun sebenarnya implementasi konsepnya sendiri sudah ada sejak puluhan tahun lalu, sebelum internet berkembang seperti sekarang. Saat ini memang cloud computing identik dengan internet. Namun bila dilihat dari konsepnya, cloud juga ada pada jaringan yang lebih kecil, seperti LAN atau MAN.
Oke…baiklah, sekarang kita langsung saja ke pengertiannya. Cloud Computing adalah konsep dimana pengguna mengambil resource dari jaringan besar yang dalam hal ini disebut awan, untuk kemudian digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu tanpa harus terlalu banyak mengambil resource dari komputer lokal. Bingung? Saya juga…….
Sederhananya, misalkan saja seorang pengguna menggunakan sebuah komputer, dia menjalankan sebuah aplikasi, dimana file-file pendukung aplikasi tersebut tidak terdapat di komputer yang dipakainya itu, namun berada di komputer lain yang dihubungkan oleh jaringan. Jadi pengguna tersebut menjalankan aplikasi yang lokasinya terletak di komputer yang lain, bukan di komputernya sendiri. Meski mungkin penjabarannya tidak sesederhana itu, itulah konsep dasarnya.
Pada konsep Cloud computing terdapat istilah back end dan front end. Keduanya terhubung oleh sebuah jaringan, dapat berupa internet atau yang lebih kecil lagi Front end adalah komputer pengguna (client) yang mengambil data dan menjalankan aplikasi. Sementara Back end merupakan apa yang disebut sebagai awannya, awan inilah yang diambil resourcenya oleh front end. Dimana ia menyediakan apa yang dibutuhkan oleh Front End.
Pada dasarnya perbedaan cloud computing dengan kegiatan komputasi biasa hanyalah pada keberadaan komputer lain. Dimana pada komputasi biasa, file dari software yang dijalankan terletak di harddisk atau media penyimpanan yang lain. Jadi komputer mengambil data yang diperlukan dari situ. Namun pada cloud computing, bila dilihat dari sisi pengguna, file dari software yang dijalankan berada di “awan” atau sederhananya di komputer lain. Jadi komputer front end bukannya mengambil data dari harddisknya sendiri, tapi dari media penyimpanan di komputer lain, melalui jaringan.
Cloud Computing membutuhkan interface yang berfungsi sebagai penghubung antara komputer back end dan front end agar bisa saling berkomunikasi. Fungsi interface ini ada banyak, seperti melakukan request terhadap komputer back end untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menjalankan software yang diinginkan pengguna. Interface itu juga digunakan untuk mengeksekusi script-script client side.
Interface yang digunakan pada setiap implementasi dari Cloud Computing bisa bervariasi. Pada aplikasi web 2.0, interface yang digunakan biasanya adalah browser seperti Opera, Chrome, Safari atau Firefox. Ada juga sistem cloud computing yang menggunakan interfacenya sendiri, yang harus diinstal di komputer front end.
Implementasi
Ada 3 point utama yang diperlukan dalam implementasi Cloud Computing. Yang pertama tentu saja komputer Front end, komputer back end dan yang terakhir penghubung antara keduanya. Komputer Front end biasanya merupakan komputer desktop biasa, dimana orang awam menggunakannya. Sedangkan komputer back end dalam skala besar bisa berupa server komputer yang dilengkapi dengan data center dalam rak-rak besar. Hmm, tidak harus seperti itu sih, tapi pada umumnya komputer back end harus mempunyai kinerja yang tinggi. Karena dia harus melayani, mungkin hingga ribuan permintaan data. Penghubung keduanya bisa berupa jaringan LAN atau internet.
Semua pengguna komputer yang pernah mengakses internet, secara sadar atau tidak sadar pasti pernah melakukan cloud computing. Siapa coba yang tidak pernah mengakses google? Pasti hampir semua pengguna internet pernah mengaksesnya. Ketika pengguna mengakses google, sebenarnya dia sedang melakukan cloud computing! Mesin pencari Google, juga mesin pencari lainnya merupakan aplikasi web. Dimana data-data pendukung mereka berada di server masing-masing. Selain itu implementasinya masih banyak lagi. Karena website yang ada sekarang rata-rata sudah berupa aplikasi web. Bukan hanya seperti papan pengumuman yang hanya berfungsi untuk memajang informasi. Layanan internet seperti Gmail, Yahoo!Mail dan Google Docs merupakan contoh aplikasi web. Bukankah dengan itu aplikasi web seperti Outlook dan MS Word bisa digantikan?
Software yang bisa dijalankan dalam sistem Cloud computing meliputi semua software yang ada saat ini. Word Processing, Image editor, Spreadsheet, Media player, dan jenis software lain yang sudah ada padanannya di aplikasi desktop. Bahkan sistem operasi bisa di implementasikan dalam sistem cloud computing. Saat ini sistem operasi berbasis web yang sudah dikembangkan adalah EyeOS . EyeOS merupakan sistem operasi berbasis web yang dibuat dengan bahasa PHP dan berjalan diatas browser biasa. Jadi bisa dibayangkan menjalankan sistem operasi dengan browser yang dijalankan oleh sistem operasi juga. Kedengarannya aneh bukan?
Ada juga layanan Icloud. Dimana mereka menyediakan sistem operasi lengkap dengan aplikasi-aplikasinya. Untuk menggunakannya, pengguna harus mempunyai akun dulu disitu. Selain sistem operasi dan aplikasi untuk produktifitas, mereka juga menyediakan ruang untuk menyimpan data. Atau yang biasa disebut Online storage. Icloud dan Eye Os merupakan contoh implementasi sistem operasi berbasis cloud.
Masa Depan Cloud Computing
Saat ini kendala yang dihadapi dalam implementasi total cloud computing adalah masalah kecepatan transfer data dari back end ke front end. Karena diantara keduanya terjadi pertukaran data. Saat ini infrastruktur internet kebanyakan belum ada yang bisa menyamai harddisk dalam hal kecepatan transfer data. Transfer data harddisk berkisar 50 MB/s, sedangkan internet rata-rata mungkin hanya 50 KB/s. Jauh sekali bukan? Oleh karena itu, aplikasi-aplikasi cloud computing saat ini masih terbatas dalam hal ukuran aplikasinya. Apabila ukurannya terlalu besar, tentu saja waktu loading aplikasinya akan sangat lama. Meski bisa diakali dengan caching dan AJAX, tetap saja sebelumnya harus mendownload file-file yang dibutuhkan lebih dahulu.
Karena itulah saat ini interaktifitas aplikasi web masih kalah dengan aplikasi desktop. Dan itu salah satu sebab mengapa aplikasi web selalu kalah dalam hal fiturnya, misalnya aplikasi Google Docs tentu saja fiturnya tidak selengkap MS Word. Sistem operasi berbasis web juga isinya tidak selengkap Distro Linux yang paling hemat. Apabila fitur yang ditanamkan terlalu berat, yang ada hanya waktu loading yang sangat lambat.
Namun apabila masalah koneksi tidak menjadi masalah lagi, dalam artian kecepatannya sudah sesuai untuk lalu lintas data yang besar seperti yang saat ini dimiliki oleh harddisk. Bukan tidak mungkin pengguna komputer tidak lagi perlu menginstal banyak sekali software di komputernya, tapi cukup mengandalkan koneksi internet. (AHP 06 Juni 2009, 11:58)
Oke…baiklah, sekarang kita langsung saja ke pengertiannya. Cloud Computing adalah konsep dimana pengguna mengambil resource dari jaringan besar yang dalam hal ini disebut awan, untuk kemudian digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu tanpa harus terlalu banyak mengambil resource dari komputer lokal. Bingung? Saya juga…….
Sederhananya, misalkan saja seorang pengguna menggunakan sebuah komputer, dia menjalankan sebuah aplikasi, dimana file-file pendukung aplikasi tersebut tidak terdapat di komputer yang dipakainya itu, namun berada di komputer lain yang dihubungkan oleh jaringan. Jadi pengguna tersebut menjalankan aplikasi yang lokasinya terletak di komputer yang lain, bukan di komputernya sendiri. Meski mungkin penjabarannya tidak sesederhana itu, itulah konsep dasarnya.
Pada konsep Cloud computing terdapat istilah back end dan front end. Keduanya terhubung oleh sebuah jaringan, dapat berupa internet atau yang lebih kecil lagi Front end adalah komputer pengguna (client) yang mengambil data dan menjalankan aplikasi. Sementara Back end merupakan apa yang disebut sebagai awannya, awan inilah yang diambil resourcenya oleh front end. Dimana ia menyediakan apa yang dibutuhkan oleh Front End.
Pada dasarnya perbedaan cloud computing dengan kegiatan komputasi biasa hanyalah pada keberadaan komputer lain. Dimana pada komputasi biasa, file dari software yang dijalankan terletak di harddisk atau media penyimpanan yang lain. Jadi komputer mengambil data yang diperlukan dari situ. Namun pada cloud computing, bila dilihat dari sisi pengguna, file dari software yang dijalankan berada di “awan” atau sederhananya di komputer lain. Jadi komputer front end bukannya mengambil data dari harddisknya sendiri, tapi dari media penyimpanan di komputer lain, melalui jaringan.
Cloud Computing membutuhkan interface yang berfungsi sebagai penghubung antara komputer back end dan front end agar bisa saling berkomunikasi. Fungsi interface ini ada banyak, seperti melakukan request terhadap komputer back end untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menjalankan software yang diinginkan pengguna. Interface itu juga digunakan untuk mengeksekusi script-script client side.
Interface yang digunakan pada setiap implementasi dari Cloud Computing bisa bervariasi. Pada aplikasi web 2.0, interface yang digunakan biasanya adalah browser seperti Opera, Chrome, Safari atau Firefox. Ada juga sistem cloud computing yang menggunakan interfacenya sendiri, yang harus diinstal di komputer front end.
Implementasi
Ada 3 point utama yang diperlukan dalam implementasi Cloud Computing. Yang pertama tentu saja komputer Front end, komputer back end dan yang terakhir penghubung antara keduanya. Komputer Front end biasanya merupakan komputer desktop biasa, dimana orang awam menggunakannya. Sedangkan komputer back end dalam skala besar bisa berupa server komputer yang dilengkapi dengan data center dalam rak-rak besar. Hmm, tidak harus seperti itu sih, tapi pada umumnya komputer back end harus mempunyai kinerja yang tinggi. Karena dia harus melayani, mungkin hingga ribuan permintaan data. Penghubung keduanya bisa berupa jaringan LAN atau internet.
Semua pengguna komputer yang pernah mengakses internet, secara sadar atau tidak sadar pasti pernah melakukan cloud computing. Siapa coba yang tidak pernah mengakses google? Pasti hampir semua pengguna internet pernah mengaksesnya. Ketika pengguna mengakses google, sebenarnya dia sedang melakukan cloud computing! Mesin pencari Google, juga mesin pencari lainnya merupakan aplikasi web. Dimana data-data pendukung mereka berada di server masing-masing. Selain itu implementasinya masih banyak lagi. Karena website yang ada sekarang rata-rata sudah berupa aplikasi web. Bukan hanya seperti papan pengumuman yang hanya berfungsi untuk memajang informasi. Layanan internet seperti Gmail, Yahoo!Mail dan Google Docs merupakan contoh aplikasi web. Bukankah dengan itu aplikasi web seperti Outlook dan MS Word bisa digantikan?
Software yang bisa dijalankan dalam sistem Cloud computing meliputi semua software yang ada saat ini. Word Processing, Image editor, Spreadsheet, Media player, dan jenis software lain yang sudah ada padanannya di aplikasi desktop. Bahkan sistem operasi bisa di implementasikan dalam sistem cloud computing. Saat ini sistem operasi berbasis web yang sudah dikembangkan adalah EyeOS . EyeOS merupakan sistem operasi berbasis web yang dibuat dengan bahasa PHP dan berjalan diatas browser biasa. Jadi bisa dibayangkan menjalankan sistem operasi dengan browser yang dijalankan oleh sistem operasi juga. Kedengarannya aneh bukan?
Ada juga layanan Icloud. Dimana mereka menyediakan sistem operasi lengkap dengan aplikasi-aplikasinya. Untuk menggunakannya, pengguna harus mempunyai akun dulu disitu. Selain sistem operasi dan aplikasi untuk produktifitas, mereka juga menyediakan ruang untuk menyimpan data. Atau yang biasa disebut Online storage. Icloud dan Eye Os merupakan contoh implementasi sistem operasi berbasis cloud.
Masa Depan Cloud Computing
Saat ini kendala yang dihadapi dalam implementasi total cloud computing adalah masalah kecepatan transfer data dari back end ke front end. Karena diantara keduanya terjadi pertukaran data. Saat ini infrastruktur internet kebanyakan belum ada yang bisa menyamai harddisk dalam hal kecepatan transfer data. Transfer data harddisk berkisar 50 MB/s, sedangkan internet rata-rata mungkin hanya 50 KB/s. Jauh sekali bukan? Oleh karena itu, aplikasi-aplikasi cloud computing saat ini masih terbatas dalam hal ukuran aplikasinya. Apabila ukurannya terlalu besar, tentu saja waktu loading aplikasinya akan sangat lama. Meski bisa diakali dengan caching dan AJAX, tetap saja sebelumnya harus mendownload file-file yang dibutuhkan lebih dahulu.
Karena itulah saat ini interaktifitas aplikasi web masih kalah dengan aplikasi desktop. Dan itu salah satu sebab mengapa aplikasi web selalu kalah dalam hal fiturnya, misalnya aplikasi Google Docs tentu saja fiturnya tidak selengkap MS Word. Sistem operasi berbasis web juga isinya tidak selengkap Distro Linux yang paling hemat. Apabila fitur yang ditanamkan terlalu berat, yang ada hanya waktu loading yang sangat lambat.
Namun apabila masalah koneksi tidak menjadi masalah lagi, dalam artian kecepatannya sudah sesuai untuk lalu lintas data yang besar seperti yang saat ini dimiliki oleh harddisk. Bukan tidak mungkin pengguna komputer tidak lagi perlu menginstal banyak sekali software di komputernya, tapi cukup mengandalkan koneksi internet. (AHP 06 Juni 2009, 11:58)
kalau di indonesia kan belum banyak yang tersambung dengan internet..
BalasHapusapa beda nya dengan "utility" computing?
BalasHapus@muji: Itu salah satu kendalanya juga mas....
BalasHapus@Aerje: Itu kali mas, salah satu bentuk cloud computing, yang pake software utility lewat cloud....tapi ngga tahu juga, baru denger
Terima kasih pencerhannya.
BalasHapusDengan infrastruktur yang semakin kuat, tiap desa misalnya ada internet, clodu computing bukan hanya mimpi.
Sama-sama.....yang penting manusianya siap....kalo cuman asal ada internet tapi tidak bisa memanfaatkan sama saja bohong :)
Hapussekarang perkembangan terbaru gimana ya soal kecepatan? saya masih nubie...
BalasHapusSekarang sudah mendingan, broadband sudah nyampe hitungan beberapa Mbps, dan makin murah.....
Hapuscara meng implementasikan cloud computing ribet nga ya??? m
BalasHapus