Kamis, 07 Agustus 2008

Membajak Software (Bagian 3, Habis)

Wah...jadi trilogi nih. Karena emang pembahasan soal pembajak software belum selesai. Keygen udah di bahas panjang lebar, crack juga sudah hmm... apa lagi nih?Ow.. ternyata masih ada satu lagi yang tertinggal yaitu Appz. Apaan itu...? Baca Terus

Appz
Sekarang beralih ke alat pembajak yang ketiga, sebenarnya ngga tepat kalo disebut alat. Karena Appz merupakan hasil bajakannya, tidak seperti crack atau keygen yang merupakan alat untuk membajak software. Tapi ga masalah, karena Appz juga di buat dengan cara mencrack si software. Kalo sama-sama mencrack trus bedanya sama crack itu apa?Nah...terus saja baca
Perbedaan pokok antara crack dengan appz adalah pada bentuknya, bila crack merupakan file tertentu dari program yang sudah dimodifikasi sedangkan Appz adalah aplikasi utuh yang sudah di modifikasi atau di crack.
Masih bingung?
Intinya Appz itu merupakan software berbayar yang sudah di modifikasi sehingga dapat digunakan seutuhnya tanpa harus membayar. Ketika suatu software sudah selesai di modifikasi oleh cracker, software itu akan di pack kembali dalam bentuk installer seperti ketika sebelum di modifikasi. Hal ini dimaksudkan supaya orang lain bisa menginstal software Appz tersebut seperti biasa. Ibaratnya seseorang yang membuka segel tabung gas elpiji kemudian memodifikasi gas yang ada didalamnya, setelah selesai di modifikasi, tabung gas elpiji di segel kembali.
Sebenarnya prinsipnya sama seperti crack, hanya saja crack berupa file yang terpisah yang di gunakan setelah instalasi. Sedangkan pada Appz, crack tersebut sudah “terintegerasi” dengan tubuh software. Sehingga setelah instalasi pengguna tidak perlu lagi repot-repot mencopy crack ke dalam direktori software. Oh..ya sengaja kata ‘terintegerasi’ saya beri tanda petik, karena pada kenyataannya crack tidak benar-benar di integerasikan dalam tubuh software, membuat Appz sebenarnya hanya memodifikasi software bukan menggabungkan crack dalam software.
Melihat begitu banyaknya fasilitas-fasilitas yang disediakan para cracker untuk pengguna yang berniat membajak software, bisa di bayangkan betapa sulitnya untuk memberantas pembajakan. Meskipun sistem proteksi yang di terapkan oleh produsen software senantiasa di kembangkan dan di sempurnakan, kualitas skill para cracker juga semakin terlatih untuk membobol sistem proteksi software. Selain itu, begitu banyaknya permintaan akan crack, appz dan keygen membuat cracker semakin termotivasi untuk membobol software.
Apakah mungkin membasmi software bajakan secara menyeluruh di indonesia tercinta, mengingat budaya membajak yang secara tak langsung telah diajarkan di sekolah sudah mengakar kuat di benak masyarakat indonesia. Jawaban saya : mungkin!
Oke memang saya jawab mungkin, namun alasannya agak sedikit ekstrim. Akar permasalahan pembajakan software di lingkup global adalah adanya permintaan. coba bayangkan kalo tidak ada permintaan software bajakan. Apa yang terjadi? Cracker spesialis pembajak akan pensiun dini, toh untuk apa susah-susah membuat keygen kalau tidak ada yang akan menggunakannya. Bukankah dengan begitu tidak ada lagi software bajakan.
Yang jadi pertanyaan, bagaimana cara menghilangkan permintaan software bajakan? Lha..ini yang paling ekstrim: Buatlah semua software berlisensi freeware. Di jamin tidak ada orang yang akan membajak. Tapi hal ini hampir mustahil dilakukan, karena biaya pembuatan software tidak gratis. jelas ini sangat ekstrim.
Uraian diatas bukan berarti saya menginginkan semua software berlisensi freeware, hanya untuk menggambarkan untuk mengatasi pembajakan sama sulitnya dengan membuat semua software menjadi freeware.
Yang bisa dilakukan adalah menciptakan keseimbangan antara pembeli software asli dengan pembajak. Bila pembajak software jumlahnya lebih banyak dari pada pembeli software asli tetapi pembeli software asli tersebut mampu mencukupi kebutuhan hidupnya tampaknya itu bukan masalah, selama produsen software tidak rakus. Disitulah terciptanya keseimbangan dimana tidak ada pihak yang merasa terlalu di rugikan. Dan perlu diingat kembali, perkembangan dunia TI indonesia tidak akan menjadi seperti sekarang tanpa adanya software bajakan.
Tanpa adanya keseimbangan akan terjadi kesenjangan antara produsen software dan pembeli. Bila terlalu banyak pembajak maka produsen software akan terus merugi karena tidak ada yang membeli softwarenya dan pihak pembajak akan terus di untungkan, sementara bila terlalu banyak pembeli software asli tanpa ada pembajak maka produsen akan semakin kaya dan kaya, sementara mereka yang tidak mampu membeli softwarenya hanya akan gigit jari.(AHP 7 Agustus 2008 20:32)

4 komentar:

  1. Lantas apa motivasi anda meggeluti dunia komputer? mencari kesejahteraan atau seperti "tidak mendapat apa-apa"(seperti Tim Berners-Lee) karena anda sepertinya tidak memihak secara tegas antara produsen software dengan pembajak. Ingat, tanpa produsen software yang anda anggap rakus anda tidak akan sepintar ini.

    BalasHapus
  2. @cody: Memang tanpa produsen software, tidak akan ada software besar seperti Office. tapi aslkan ada keseimbangan nampaknya bukan masalah.

    BalasHapus
  3. mendingan produsen software jika mau memasarkan produknya di negara berkembang memperhatikan PDB negara berkembang tersebut shg dipasarkan lbh murah daripada negara maju.

    BalasHapus
  4. bukan freeware, tp open source.
    -harga lebih murah
    -kode terbuka, bs dimodifikasi, dgn lisensi gnu gpl misalnya
    -tidak menjual lisensi (bedakan menjual lisensi dgn menggunakan lisensi, menjual lisensi sebagaimana di micorosft misalnya dan closed source proprietary lainnya).
    =free di sini berarti freedom (freedom to use, to modified, to distributed, to learn, dll), bukan free gratis.

    BalasHapus

Kirim Komentar