Selasa, 15 April 2008

Software Bajakan, Positif dan Negatif

Pembaca Yang Budiman…
Sengaja saya pilih judul diatas karena selalu saja seorang pembajak dinegatifkan (bisa dimaklumi). Sekarang coba jangan pandang dari satu sisi. Kalau ada negatifnya pasti ada positifnya. Mengapa ada positifnya namun tetap di cap negatif. Soalnya ada kecenderungan untuk menjadi positif atau negatif tergantung dari lebih banyak positif atau negatifnya. Disamping itu, sebagian besar orang hanya memperhatikan sisi negatif daripada sisi positifnya. Dan akhirnya sisi positifnya akan tertutup oleh sisi negatifnya, hingga akhirnya seakan akan yang ada hanya keburukannya tanpa kebaikan Mau bukti? Jarang saya menjumpai artikel mengenai pembajakan yang isinya mengulas dari sisi positif sekaligus negatifnya. Meskipun pembajakan software lebih banyak negatifnya, pasti masih ada positifnya.
Sebelum ke topik utama, saya akan coba ulas sisi negatif pembajakan software. Terasa kurang lengkap jika saya hanya membahas satu sisi saja.
1. Merugikan produsen software.
Yang ini jelas sisi negatif utama pembajakan software. Pemakai software yang seharusnya menggunakan yang asli akhirnya membeli yang bajakan. Memang merugikan. Namun coba tengok Microsoft, pendirinya sempat menjadi orang terkaya didunia(tapi dulu) kendati produknya yang sekian puluh persen adalah bajakan. Bahkan banyak yang berpendapat kalau Microsoft tenar karena ada produk bajakannya, Nah lho?
2. Merugikan Negara
Ini memang ada benarnya. Predikat Indonesia sebagai Negara pembajak memang membuat banyak investor luar negeri enggan untuk berinvestasi di Indonesia. Dampaknya pertumbuhan ekonomi indonesia menjadi lambat. Tapi ingat penyebab takutnya investor masuk ke Indonesia bukan hanya itu, masih ada puluhan (mungkin ratusan) sebab lainnya.
3. Pengguna yang menggunakan software bajakan tidak mendapatkan dukungan teknis dari produsen software
Jadi bisa diambil kesimpulan untuk mendapat dukungan seorang pengguna harus membayar mahal. Hanya untuk sebuah dukungan! Lagi pula dukungan tidak selalu diperlukan hanya pada saat tertentu saja.
Sebenarnya masih ada sisi negatif lainnya yang masih ada namun tidak saya bahas. 3 saja sudah cukup untuk mewakili semuanya.
Nah jika tadi adalah sisi negatif maka sekarang kita bahas sisi positifnya.
1) Membuat Tenar Produsen
Meskipun hal ini sering di bantah oleh produsen software, namun tak bisa dipungkiri kalau hal ini benar adanya coba tengok lagi Microsoft(lagi lagi Microsoft, biarlah, soalnya ini contoh yang nyata). Bayangkan bila komputer ber windows bajakan dihilangkan. Dan orang yang memakai dihilangkan ingatannya tentang windows. Maka komputer yang tersisa hanya tinggal sedikit sekali dan sedikit orang yang masih ingat windows. Nah ketenarannya hilang!
2) Memajukan pendidikan TI dalam Negeri
Coba sekarang kita kembali kejaman ketika kita belum bisa mengoperasikan komputer. Katakanlah tidak ada software yang bisa dibajak. Kemudian kita berencana untuk membeli, Photoshop seharga 7 juta, sementara kita belum bisa menggunakan photoshop, Rela? Untuk yang normal pasti tidak, kecuali kalau memang sudah punya dana dan dengan niat yang kuat. Akhirnya kita tidak berniat untuk membeli mempelajari software apapun. Selain itu untuk instansi pendidikan juga akan kesulitan membeli software yang dibutuhkan karena terbentur masalah dana. Lihat kurikulum pendidikan sekarang terutama mata pelajaran bidang teknologi komunikasi dan informasi (kebalik yah?), materinya ada windows, MS Office, desain grafis dll. Semua software yang berhubungan dengan kurikulum itu nilainya bisa mencapai 20an juta/Komputer. Tiap sekolah paling tidak membutuhkan 80 komputer, nah sekarang hitung jumlah sekolah di dalam negeri! Gimana tidak membajak, kurikulum yang seperti itu, dengan alokasi dana pendidikan cuman 3% dari APBD (Kab. Banyumas 2008). Tanpa membajak mustahil Mapel TIK bisa terlaksana (kecuali yang diajarkan cuman teori tanpa praktek).
3) Memperluas Lapangan Kerja
Sekarang andaikan kita menginstal Software Adobe Flash versi bajakan dengan harga 20rb. Kemudian mempelajari software tersebut luar dalam termasuk action scriptnya. Hingga akhirnya kita menguasai betul dan kemudian diterima bekerja sebagai programmer game flash, menciptakan sebuah game yang kemudian dieksport keluar negeri. Semua itu berawal dari software bajakan!.
4) Alokasi dana untuk kebutuhan yang lain
Misalnya kita sudah mempunyai cukup dana untuk membeli Komputer lengkap dengan software mahal yang asli, dananya sekitar 30 juta, 10 juta untuk hardware sisanya software. Ternyata kemudian kita memutuskan untuk membeli software bajakan saja dengan biaya 0. Karena softwarenya didapat dengan meminjam milik teman. Akhirnya alokasi dana akhirnya hanya 10jt dengan software bajakan yang tak jauh beda dengan yang asli. Nah yang 20jt bisa untuk kebutuhan yang lain, misalnya member makan fakir miskin selama 3 bulan atau ke panti jompo eh asuhan.
Terlepas dari itu semua, sekarang pemakai software asli semakin bertambah, karena kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah legalitas. Katakanlah SEMUA produk berbayar tidak bisa di bajak lagi. Maka yang terjadi ialah semua(sebagian besar) orang akan beralih ke open source. Open source adalah berbasiskan komunitas maka jika pengguna open sorce membludak maka bisa dipastikan fungsionalitas software open source akan bertambah, semua program berbayar pelan-pelan tergantikan oleh open source dengan fungsi mirip dan performa lebih baik . Kemudian dukungan hardware dan dukungan dari developer software juga akan bertambah. Dan puncaknya semua software di adalah open source dan freeware. manggunakan software tanpa biaya adalah impian saya dan sebagian besar orang normal. Namun semua diatas hanya angan-angan, namun kondisi sekarang ini perlahan menuju kearah itu, ingat google? Perusahaan sukses tanpa memungut apapun dari para penggunanya. Suatu saat tren akan menuju kearah itu. Amin.
Di artikel ini saya tidak mengajari pembaca untuk membajak, bagaimana pun pembajakan software bukanlah tindakan terpuji. Semua orang tahu itu namun mereka masih menggunakan software yang bajakan. Mereka melakukannya karena, itulah yang dilakukan oleh sebagian besar orang. Tidak mungkin orang membajak, ketika mereka sendirian. Sekuat apapun hukum yang berlaku untuk mengatur pembajakan software, sekuat apapun pihak produsen untuk mencegahnya akan nyaris percuma karena pembajakan dilakukan secara masal dan sebagian orang tidak menyadari apa yang dilakukannya salah. Dari pengamatan saya, nampaknya produsen mencoba untuk memperbaiki pola pikir masyarakat akan software bajakan. Secara pelan-pelan dan terencana, dan kebanyakan dilakukan melalui media cetak bidang komputer. Dan sialnya nampaknya mereka berhasil! (Mutug 13 April 2008, ~AHP~)

2 komentar:

Kirim Komentar